Senin, 04 Mei 2009

bal-balan karo budaya jawa

ketika menyaksikan barcelona menggilas real madrid dalam partai yang amat memikat, terbersit pikiran: mengapa indonesia nggak bisa begini?

Lantas, saya simpulkan sendiri, sederhana saja: Karena faktor budaya.

Berdasarkan analisis budaya, buruknya prestasi Indonesia adalah akibat pengaruh budaya mayoritas. Maaksud saya, budaya Jawa. Budaya Jawa memiliki pandangan yg ketat tentang keselarasan. Bagi orang Jawa, konflik dipandang sebagai hal yang harus dihindari. Jika harus dihadapi maka berarti tatarannya sudah pada level penghinaan, yang pantang terjadi bagi orang Jawa. Dan kalah berarti penghinaan. Padahal jelas dalam sepakbola segala hal bisa terjadi.

Secara hipotetis, teori itu mungkin absurd karena dgn argumen sama, teori itu jadi tidak relevan jika diterapkan pada suku lain. Tapi akan jadi sangat relevan mengingat selama ini Indonesia selalu dipimpin oleh orang Jawa, mulai dari Soekarno sampai SBY.

Budaya Jawa juga enggan mengenal Demokrasi. Ingat Tag dalam sebuah Iklan Rokok : Belum Tua Belum Boleh Bicara..? Itulah budaya Jawa. Yang dihargai bukan intelektualitas, tapi senioritas. Karena itu jangan harap pernah menang melawan Orang tua di Jawa. Karena kalau kalah, Orang tua akan bilang : Elo sama Gua tua an mana..?? Padahal jelas, Jadi tua itu pasti, jadi bijak soal pilihan.

Demokrasi yg belum berakar dalam jiwa suporter ternyata menjadi sebab munculnya kerusuhan. Ide sportivitas masih jauh dalam pikiran para suporter, jadi relevan dgn budaya Jawa, kalah berarti aib. Maka yang ada, kalah = berantem. Padahal mana ada sebuah tim bisa menang terus..??

ono sing liyo????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar